>

Gantos Bahasa

Arabic English German Dutch Portuguese Italian Russian Brazilian French Korean Japanese Spanish

Rabu, 09 November 2011

N7W... Yayasan gobal-gabul

"Batas pemilihan untuk masuk New7Wonders (N7W) praktis tinggal 1 hari lagi (11/11/11). Sewajarnya selaku warga negara Indonesia kita akan senang saja apabila KOMODO “terpilih dengan benar” sebagai salah satu 7 keajaiban dunia terpopuler," 

Harap diperhatikan kata terpopuler tersebut yang saat ini sedang diincar segelintir orang dan yang perlu kita ingat bahwa apabila tidak terpilih pun itu bukan berarti mendadak label keajaiban pulau Komodo sebagai obyek wisata unik langsung akan sirna dari muka bumi ini. Hal ini yang sering dieksploitasi pihak tertentu guna membakar semangat kita mendukung Komodo agar tidak sirna tertelan kepopuleran tempat lain dan mau mendukung terus via SMS. Faktanya terpilih ataupun tidak terpilih di N7W kita harus junjung tinggi Pulau Komodo sebagai satu-satunya tempat di dunia yang menjadi habitat hewan purba yang hidup dari masa sekitar puluhan juta tahun yang lampau.

Yang mengejutkan adalah penyelenggara acara 'idol-idolan' ini, yakni N7W, adalah yayasan kecil yang asalnya dari suatu perusahaan komersial dengan nama sama yakni N7W, yang sudah bangkrut lalu mereka kembali mendirikan Yayasan N7W, yang mungkin sampai sedemikian bangkrutnya sehingga untuk alamat kantor dan tempat pertemuan terpaksa menumpang di sebuah Museum yang sedang ditutup (hanya buka bulan Juni, Juli, Agustus). Dan yang lebih memprihatinkan adalah kalau pengelola N7W tersebut ingin bertemu suatu pihak di Museum harus dengan janjian dahulu (ini disampaikan pimpinan yang bersangkutan). Dengan hanya mampu menumpang pertemuan di museum tersebut, berarti N7W mungkin bahkan tidak sanggup membayar untuk sekedar mengobrol di kafe ataupun hotel.  Selain itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bern, Swiss, membeberkan misteri Yayasan New7Wonders, penyelenggara tujuh keajaiban dunia yang di antaranya menomisasikan Taman Nasional Komodo. Bahkan, Duta Besar RI di Swiss Djoko Susilo menegaskan bahwa pihaknya meragukan Yayasan New7Wonders

"Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bern, Swiss, merasa perlu untuk memberikan penjelasan sebagai berikut," kata Djoko dalam surat elektronik bertanggal 31 Oktober 2011. Dan inilah kronologi yang dimaksud Djoko.
  1.  Pada 28 April 2011, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kratif mengutus satu delegasi beranggotakan delapan orang yang terdiri dari pejabat kementerian, seorang pengacara dari Kantor Pengacara Lubis, Santosa & Maulana, dan beberapa wartawan nasional untuk menyelidiki keberadaan N7W.
  2. Duta Besar RI untuk Konfederasi Swiss dan Keharyapatihan Liechtenstein, membantu delegasi dari Jakarta untuk penyelidikan itu. Duta Besar Djoko Susilo sejak pertama kali datang di Swiss telah berhubungan dengan pemimpin redaksi harian nasional Swiss dan selalu mempertanyakan kredibilitas Yayasan N7W.  Sangat diherankan para pemimpin redaksi harian nasional Swiss tidak mengenal keberadaan Yayasan N7W.
  3. Tim dari Jakarta yang dibantu staf KBRI Bern mengadakan kunjungan ke alamat yang tertulis sebagai kantor Yayasan N7W: Hoschgasse 8, PO Box 1212, 8034 Zurich.  Ternyata kode pos dari alamat yang diberikan tidak sesuai. Seharusnya alamat itu adalah: Hoschgasse 8, PO Box 1212, 8008 Zurich, di mana terdapat Museum Heidi Weber yang diarsiteki Le Corbusier dan selesai dibangun pada 1967. Museum itu hanya buka pada musim panas (Juni, Juli, Agustus) dari jam 14.00-17.00.
  4. Sebagai yayasan, keberadaan N7W cukup unik. Yayasan ini tak jelas alamatnya, kecuali alamat e-mail-nya, hanya tertulis N7W berdiri di Panama, berbadan hukum Swiss, dan pengacaranya berada di Inggris.
  5. Masyarakat Swiss sendiri tidak mengenal Yayasan N7W, dan yayasan ini bukan bagian dari UNESCO.


Lalu seberapa kompetennya yayasan N7W ini.???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar